Misteri memang tidak pernah punah
dari dunia ini. Kini, mari kita ungkap misteri hujan darah di India ini dengan
sains.
Inilah
penjelasan hujan darah atau hujan merah
Lebih dari 500.000 meter kubik air hujan berwarna merah tercurah ke bumi. Pada mulanya ilmuwan mengira air hujan yang berwarna merah itu disebabkan oleh pasir gurun, namun para Ilmuwan menemukan sesuatu yang mengejutkan, unsur merah di dalam air tersebut adalah sel hidup, sel yang bukan berasal dari bumi !
Hujan yang pertama jatuh di distrik
Kottayam dan Idukki di wilayah selatan India. Bukan hanya hujan berwarna merah,
10 hari pertama dilaporkan turunnya hujan berwarna kuning, hijau dan bahkan
hitam. Setelah 10 hari, intensitas curah hujan mereda hingga September.
Hujan tersebut turun hanya pada
wilayah yang terbatas dan biasanya hanya berlangsung sekitar 20 menit per
hujan. Para penduduk lokal menemukan baju-baju yang dijemur berubah warna
menjadi merah seperti darah. Penduduk lokal juga melaporkan adanya bunyi
ledakan dan cahaya terang yang mendahului turunnya hujan yang dipercaya sebagai
ledakan meteor.
Contoh air hujan tersebut segera
dibawa untuk diteliti oleh pemerintah India dan ilmuwan. Salah satu ilmuwan
independen yang menelitinya adalah Godfrey Louis dan Santosh Kumara dari Universitas
Mahatma Gandhi.
Mereka mengumpulkan lebih dari 120
laporan dari penduduk setempat dan mengumpulkan sampel air hujan merah dari
wilayah sepanjang 100 km. Pertama kali mereka mengira bahwa partikel merah di
dalam air adalah partikel pasir yang terbawa dari gurun Arab.
Hal ini pernah terjadi pada Juli
1968 dimana pasir dari gurun sahara terbawa angin hingga menyebabkan hujan
merah di Inggris. Namun mereka menemukan bahwa unsur merah di dalam air
tersebut bukanlah butiran pasir, melainkan sel-sel yang hidup.
Komposisi sel tersebut terdiri dari
50% Karbon, 45% Oksigen dan 5% unsur lain seperti besi dan sodium, konsisten
dengan komponen sel biologi lainnya, dan sel itu juga membelah diri. Sel itu
memiliki diameter antara 3-10 mikrometer dengan dinding sel yang tebal dan
memiliki variasi nanostruktur didalam membrannya.
Namun tidak ada nukleus yang dapat
diidentifikasi. Setiap meter kubik sampel yang diambil, terdapat 100 gram unsur
merah. Jadi apabila dijumlah, maka dari Juli hingga September terdapat 50 ton
partikel merah yang tercurah ke Bumi.
Di
Universitas Sheffield, Inggris, seorang ahli mikrobiologis bernama Milton
Wainwright mengkonfirmasi bahwa
unsur merah tersebut adalah sel hidup. Hal ini dinyatakan karena Wainwright
berhasil menemukan adanya DNA dari unsur sel tersebut walaupun ia belum
berhasil mengekstraknya.
Karena partikel merah tersebut
adalah sel hidup, maka para ilmuwan mengajukan teori bahwa partikel merah itu
adalah darah. Menurut mereka, kemungkinan batu meteor yang meledak di udara
telah membantai sekelompok kelelawar di udara. Namun teori ini ditolak karena
tidak adanya bukti-bukti yang mendukung seperti sayap kelelawar yang jatuh ke
bumi.
Dengan menghubungkan antara suara
ledakan dan cahaya yang mendahului hujan tersebut, Louis mengemukakan teori
bahwa sel-sel merah tersebut adalah makhluk ekstra terestrial. Louis
menyimpulkan bahwa materi merah tersebut datang dari sebuah komet yang memasuki
atmosfer bumi dan meledak di atas langit India.
McCafferty
mengatakan,
“Å“kelihatannya ada hubungan yang kuat antara laporan hujan berwarna dengan
aktivitas meteor, Hujan merah Kerala cocok dengan pola-pola tersebut dan tidak
dapat diabaikan begitu saja.”
Jadi, apakah hujan merah di Kerala
berasal dari luar bumi ? Sebagian ilmuwan yang skeptis serta merta menolak
teori ini. Namun sebagian ilmuwan lain yang belum menemukan jawabannya segera
melirik kembali ke sebuah teori usang yang diajukan oleh ahli fisika Sir Fred
Hoyle dan Dr Chandra Wickramasinghe, teori yang disebut Panspermia, yaitu
sebuah teori yang menyatakan bahwa kehidupan di bumi ini berasal dari luar
angkasa.
Menurut kedua ilmuwan tersebut pada
mulanya di luar angkasa terdapat awan gas antar bintang yang mengandung
bakteri. Ketika awan itu mengerut karena gravitasi untuk membentuk sistem bintang,
bakteri yang ada di dalamnya tetap bertahan hidup di dalam komet.
Ketika komet itu terkena sinar
matahari, panas matahari mencairkan permukaan es pada komet, bakteri-bakteri
tersebut lolos dan tersapu ke planet-planet terdekat. Teori ini juga didasarkan
pada argumen Charles darwin bahwa sesungguhnya bakteri memiliki karakteristis
‘luar bumi’.
Ini bentuk berudunya:
1-3268
Hewan ini memiliki panjang dengan diameter 5 cm berbentuk seperti ikan dan kodok, sejauh ini tidak ada yang dapat menjelaskan kenapa hal ini bisa terjadi. Beberapa orang menyebutkan ini merupakan phenomena langka yang pernah terjadi dijepang dan mereka menyebutnya “binatang hujan” yang diakibatkan perubahan cuaca yang tidak menentu dinegara sakura ini, bagian metereologi Jepang juga tidak dapat menjelaskan apa penyebab terjadinya hal tersebut.
2-32575-2880
9-805-1
3-3240
Hujan ikan seperti kodok ini terjadi di beberapa kota yaitu: Taiwa, Nakanoto, Asahi dan Kuki
Selain hujan kodok di Jepang, pernah juga terjadi hujan ikan di Honduras (kalo yang ini asik gan bisa dibakar
Hujan ikan di Honduran Folklore adalah hal biasa. Terjadi di Departamento de Yoro antara bulan-bulan Mei dan Juli. Para saksi menyatakan fenomena ini dimulai dengan munculnya awan hitam di langit yang diikuti oleh petir, angin kuat, dan hujan lebat selama 2 hingga 3 jam. Saat hujan berhenti itulah, ratusan ikan yang masih hidup dapat ditemukan di atas tanah. Orang-orang akan mulai memungutinya dan memasaknya di rumah. Sejak 1998 festival yang diberi nama “Festival de la Lluvia de Peces” atau “Rain of Fish Festival” dirayakan tiap tahunnyadi kota Yoro, Departamento de Yoro, Honduras.
hujan-ikan-Hondurasniy bapak2 yang bakar ikannya hehe
Yang terakhir niy rada2 serem, Hujan darah di dearah Kerala India. Tidak ada yang mengerti apa yang sedang terjadi, Pada saat itu, 25 Juli 2001, hujan lebat dengan air berwarna merah menghujani negara bagian Kerala di India. Hujan itu berlangsung hingga September 2001.
Lebih dari 500.000 meter kubik air hujan berwarna merah tercurah ke bumi. Pada mulanya ilmuwan mengira air hujan yang berwarna merah itu disebabkan oleh pasir gurun, namun para Ilmuwan menemukan sesuatu yang mengejutkan, unsur merah di dalam air tersebut adalah sel hidup, sel yang bukan berasal dari bumi!
Hujan yang pertama jatuh di distrik Kottayam dan Idukki di wilayah selatan India. Bukan hanya hujan berwarna merah, 10 hari pertama dilaporkan turunnya hujan berwarna kuning, hijau dan bahkan hitam. Setelah 10 hari, intensitas curah hujan mereda hingga September.
Hujan tersebut turun hanya pada wilayah yang terbatas dan biasanya hanya berlangsung sekitar 20 menit per hujan. Para penduduk lokal menemukan baju-baju yang dijemur berubah warna menjadi merah seperti darah. Penduduk lokal juga melaporkan adanya bunyi ledakan dan cahaya terang yang mendahului turunnya hujan yang dipercaya sebagai ledakan meteor.